Kamis, 15 Maret 2012

PENELITIAN TENTANG KUNYIT

Prof. Dr. Raharja, Desember 2010






Di Indonesia banyak sekali tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional. Salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit diare adalah kunyit (Curcuma domestica Val.). Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah nafsu makan, peluruh empedu, obat  Di Indonesia banyak sekali tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional. Salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit diare adalah kunyit (Curcuma domestica Val.). Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah nafsu makan, peluruh empedu, obat luka dan gatal, antiradang, sesak nafas, antidiare dan merangsang keluarnya angin perut. Sebagai obat luar digunakan sebagai lulur kecantikan dan kosmetika. Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk stimulansia, pemberi warna masakan, dan minuman serta digunakan sebagai bumbu dapur (Sudarsono dkk., 1996). Adapun kandungan utama kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri berfungsi sebagai antioksidan, antimikroba, antikolesterol, antiHIV dan antitumor. Ekstrak kurkuminnya juga dapat mencegah kerusakan hati yang diinduksi alkohol pada tikus, sedangkan ekstrak kurkumanya dapat mencegah hepatotoksisitas dan dapat menurunkan semua komposisi lipid (trigliserida, pospolipid dan kolesterol) pada aorta dan kadar trigliserida pada serum secara ex vivo. Rimpang kunyit dapat juga digunakan sebagai obat analgetik dan anti inflamasi (Hargono, 2000).


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2007) ekstrak air rimpang kunyit dengan konsentrasi 15% memiliki efek antidiare yang signifikan pada tikus putih jantan dewasa galur Charles River yang telah diinduksi oleum ricini. Dengan mengacu pada penelitian yang sudah ada, dilakukan penelitian lanjutan, pada penelitian ini rimpang kunyit diuji efek antidiarenya dengan pelarut yang berbeda, karena dimungkinkan senyawa kimia rimpang kunyit yang berpotensi sebagai antidiare tersebut juga dapat tersari dengan pelarut etanol 96% sehingga diharapkan ekstrak etanol rimpang kunyit ini juga mempunyai efek antidiare dengan menggunakan hewan uji mencit


Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit antara lain minyak atsiri 2-5 %, kurkuminoid, pati, tanin, damar (Prawiro, 1977). Tanin bersifat mengendapkan zat putih telur dan berkhasiat sebagai adstringens, yaitu dapat meringankan diare dengan menciutkan selaput lendir usus (Tjay dan Rahardja, 2002). Tanin tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti benzene atau kloroform, tetapi larut dalam air terutama air panas akan membentuk
larutan koloid bukan larutan sebenarnya (Robinson, 1995). Tanin juga dapat larut dalam etanol 96% (Santoso, 1993). 





Hastuti telah melakukan penelitian (1997) tentang uji aktivitas infus rimpang kunyit sebagai antidiare dengan menggunakan metode “Castor oil–induced diarrhea”, atau minyak jarak sebagai penyebab diare pada tikus putih dengan hasil bahwa infus rimpang kunyit dengan konsentrasi 15% mempunyai khasiat sebagai antidiare (Tjay dan Rahardja, 2002).

Penelitian Suparna (2008) yang berjudul “Gambaran pengetahuan orang tua tentang manfaat kunyit bagi kesehatan keluarga di Kelurahan Sukarasa Kecamatan Sukasari Bandung” yang dilakukan pada 100 orang responden, dimana angka responden yang berpengetahuan kurang tentang manfaat kunyit bagi kesehatan keluarga oleh 58 responden (58,00%). Kurangnya pengetahuan tersebut salah satunya disebabkan oleh kurang terpaparnya informasi dan rendahnya pendidikan responden.

Hastuti telah melakukan penelitian (1997) tentang uji aktivitas infus rimpang kunyit sebagai antidiare dengan menggunakan metode “Castor oil–induced diarrhea”, atau minyak jarak sebagai penyebab diare pada tikus putih dengan hasil bahwa infus rimpang kunyit dengan konsentrasi 15% mempunyai khasiat sebagai antidiare (Tjay dan Rahardja, 2002)



Notoatmodjo (2003), mengatakan bahwa pemahaman dapat dipengaruhi oleh pengalaman hidup seseorang, baik pengalaman yang didapat secara langsung maupun tidak langsung. Umur identik dengan pengalaman yang dimiliki dan peneliti berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur maka pemahaman seseorang akan bertambah, tetapi bila tidak didukung oleh faktor seperti pengalaman hidup dengan kecepatan dalam menerima informasi dari sumber informasi yang menarik maka tingginya tingkat umur seseorang tidak menjamin baiknya pemahaman seseorang.
Siregar (2007) yang mengatakan bahwa penafsiran seseorang bukan hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, karena pemahaman tidak hanya didapat dari bangku sekolah, namun pemahaman lebih banyak diperoleh dari pengalaman hidup.
Menurut Michael (2009) dalam bukunya yang berjudul “What Could He Be Thingking”  menjelaskan bahwa ada perbedaan antara otak laki- laki dan perempuan. Secara garis besar perbedaan yang dikatakan dalam buku tersebut adalah pusat memori pada otak perempuan lebih besar dari otak laki-laki, akibatnya kaum perempuan memiliki daya ingat yang kuat dari laki-laki dalam menerima atau mendapat informasi dari orang lain.
Sondang (2005) mengatakan bahwa orang yang berpendidikan lebih tinggi punya kesempatan yang luas untuk terpapar berbagai informasi dan akan menjadi lebih mempunyai pemahaman baik dibandingkan dengan mereka yang tidak berpendidikan tinggi. Dan Notoatmodjo (2003) berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula intelektualnya. Peneliti berpendapat bahwa tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami sesuatu yang mereka peroleh.
Pemahaman yang dimiliki seseorang dapat dipengaruhi seberapa banyak informasi yang diperolehnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemahaman juga dapat dipengaruhi oleh kecepatan seseorang dalam menerima informasi yang diperoleh, sehingga semakin banyak seseorang memperoleh informasi, maka semakin baiklah pemahamannya, sebaliknya semakin kurang informasi yang diperoleh, maka semakin kurang pemahamannya. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui media massa dan elektronik serta tenaga kesehatan dan penyuluhan-penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Suryanto (2007), mengatakan bahwa informasi adalah salah satu organ pembentuk pemahaman/penafsiran dan memegang peranan besar dalam membangun pemahaman. Semakin banyak seseorang memperoleh informasi, maka semakin baiklah pemahamannya, sebaliknya semakin kurang informasi yang diperoleh maka semakin kurang pemahamannnya.
Modlor (1998), “Hubungan informasi dengan Pemahaman” yang dikutip Notoatmodjo (2003), mengatakan bahwa pemahaman juga terbentuk dari pengalaman informasi-informasi yang didapat di pendidikan non formal seperti membaca buku, koran, majalah, serta televisi. Jadi pemahaman dapat dipengaruhi oleh pengakuan dan informasi.
Luhan (2009), mengatakan bahwa media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah masyarakat melalui media cetak dan media elektronik sehingga peran informasi yang sama dapat diterima secara serentak.
Achmad (2004), mengatakan  untuk dapat memperoleh suatu pemahaman, kita dapat memperoleh

 
informasi tersebut dari berbagai sumber, terutama dari media massa, misalnya TV, radio, surat kabar, majalah, komputer bahkan dari internet.  


Referensi:
Achmad (2004),

 
informasi dan sumber informasi. Diperoleh dari http://www.comunnication.health.com tanggal 17 Mei 2005.
Mc. Luhan (2009), Sumber Informasi. Diperoleh dari http://www.kesehatan-lingkungan.com tanggal 17 Mei 2010.

Michael (2009) “What Could He Be Thingking” Diperoleh dari http://www.dunia.kesehatan.com tanggal 18 Juni 2010.
Notoatmodjo (2003), pemahaman dan pengalaman hidup. Diperoleh dari http://www.medicastore.com tanggal 20 Maret 2004.

Siregar (2007). penafsiran dan pendidikan. Diperoleh dari http://www.pendidikan.kesehatan.com tanggal 10 Mei 2008.

Sondang (2005) Pendidikan dan Informasi. Diperoleh dari http://www.kemenkes.ri.com tanggal 26 Maret 2006.
Suryanto (2007). informasi Diperoleh dari http://www.kesehatan-lingkungan.com tanggal 17 Maret 2008.




Jurnal Kesehatan

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PEMENUHAN NUTRISI ANAK


Prof. Dr.  Soepriyono, Desember 2009



Kondisi Kesehatan masyarakat Indonesia saat ini sedang terpuruk. Hal ini  ditandai dengan fenomena temuan kasus-kasus gizi buruk di berbagai daerah di  Indonesia, dan kondisi inimenambah situasi rumit karena belum tuntasnya masalah  kesehatan  lain  seperti  penyakit  infeksi,  campak,  polio,  diare,  tbc  dan  ada kecenderungan  meningkatnya  penyakit  kecenderungan  meningkatnya  penyakit  degeneratif di beberapa wilayah Indonesia. Lebih jauh di jelaskan bahwa keadaan ini  mungkin disebabkan rendahnya kesadaran penduduk Indonesia untuk hidup sehat,  ditambah dengan keadaan perekonomian negara yang tidak stabil.
Peningkatan  jumlah  anak  balita  yang  mengalami  kurang  gizi  sangat  mengejutkan sejak tahun 2005 ditemukan 1,8 juta balita menderita kurang gizi, dalam  jangka waktu yang sangat singkat (2006) menjadi 2,3 balita mengalami kurang.
Gizi,sementara 5 juta lebih anak balita mengalami kurang gizi telah dialami negara Indonesia dari tahun 2000 dan terus meningkat sampai sekarang ini semua di tandai dengan  krisis  ekonomi  yang  dialami  oleh masyarakat  Indonesia  pada  tahun 1998.(http///www.gizi.net).  Kenyataan lain yang menyatakan masyarakat Indonesia mengalami kurang  Gizi, yaitu dengan meningkatnya angka kematian pada anak balita, itu semua tidak  terlepas dari keadaan ekonomi dalam memberikan gizi yang dibutuhkan oleh anak balita dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
Sampai saat ini penderita kurang gizi sudah mencapai 5 juta anak yang  tersebar di seluruh provinsi yang ada di Indonesia.rata-rata yang mengalami kurang  gizi adalah anak-anak terutama balita. Data yang di peroleh dari badan pengantar  statistik(Bps) menyatakan bahwa jumlah kasus kurang gizi meningkat 100 % secara  terus menerus tiap tahunnya, sedangkan dengan data yang di peroleh di daerah  Sumatera dan Jambi adalah daerah yang rawan kekurangan gizi. Dengan meninjau  dan mengadakan pengecekan langsung keseluruhan kabupaten yang ada di sumatera  yang mengalami kekurangan gizi mencapai 789 balita di tahun 2007 yang meningkat  dari tahun sebelumnya.
Menurut Tarwotjo, dan kawan-kawan, (Dalam:LIPI,1979). setiap orang atau  manusia ingin mengalami perkembangan untuk mencari dan memenuhi kebutuhan  hidupnya,  baik,  material,  spiritual,  maupun,  sosialPemenuhan kebutuhan  hidup  memiliki  prioritas  karena  dalam  mencapainya  manusia  memiliki  keterbatasan-keterbatasan, inilah yang memunculkan tingkat kepentingan kebutuhan manusia yang  harus segera di penuhi. Karena manusia itu selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun materil maka manusia itu akan melakukan berbagai  cara dalam pemenuhannya. Misalnya,manusia itu bekerja keras dalam mencapai  kemakmurannya  yaitu  dengan  mencari  pekerjaan  yang  dapat  menunjang  perekonomian keluarga. Sebab kita tahu bahwa keadaan ekonomi   manusia itu
cenderung menjadi masalah dalam penentuan statusnya dalam masyarakat. Dengan kata  lain,  semakin  tinggi  pendapatan  seseorang  dalam  pemenuhan  kebutuhan  hidupnya  maka  akan  semakin  naik  statusnya  dalam  masyarakat  dan  begitu  sebaliknya.
Kita  dapat  melihat  sebagai  salah  satu  contoh  yaitu  dari  segi  tingkat  pemenuhan gizi pada anak balita yang terjadi di desa Girsang di mana desa ini masih  terjadi kekurangan gizi pada anak balitanya, yang mana faktor utamanya adalah  kurangnya  pengetahuan  orang  tua  yang  tidak  mengerti  tentang  gizi  sehingga  menyulitkan orang tua atau para ibu dalam pemenuhan gizi yang di butuhkan anak  balita tersebut. Hal ini menjadi dampak dan faktor yanh kurang memadai dan  rendahnya pengetahuan keluarga tentang gizi, karena jika keadaan pendidikan yang  dimiliki keluarga berada di atas rata-rata kurang memadai maka tidak terpenuhilah  keadaan gizi yang kurang baik dan begitu juga sebaliknya apabila orang tua mengerti  tentang gizi maka orang tua tersebut akan memberikan gizi yang terbaik pula bagi  balita mereka agar balita mereka dapat sehat. Dari situasi ini kita dapat melihat betapa  berpengaruhnya pendidikan dan perhatian keluarga dalam pemenuhan gizi pada anak  balita ataupun keluarga yang mencintai balita tersebut.
Abraham Maslow  dalam Nurdin,  Fahdil (1989)  mengungkapkan bahwa  kehidupan suatu masyarakat merupakan salah satu persoalan yang sangat kompleks,  sebab kehidupan anak merupakan suatu upaya yang bertujuan secara langsung untuk  meningkatakan kemakmuran dan kebahagiaan bagi keluarga, namun di pihak lain juga harus memilih tanggung jawab untuk membangun sistim pemenuhan gizi yang
baik sebagai bagian internal dari upaya peningkatan kemakmuran gizi bagi keluarga.
 Bimantara (2000), dengan judul penelitian “Gambaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Pemenuhan Nutrisi Anak” mengatakan bahwa seseorang yang bekerja akan memiliki pengetahuan atau informasi yang banyak jika rajin membaca atau mendengarkan penyuluhan dari tenaga kesehatan, tapi jika tidak, maka tidak akan semakin bertambah informasi yang didapatkan sehingga informasi lambat diterima
Berdasarkan  ketetapan  undang-undang  RI  tentang  kesejahteraan  anak terutama kebutuhan pokok akan pangan dan gizi disamping perhatian, kasih saying orang tua. Terpenuhinya makanan dan gizi dengan baik, akan dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna. Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan anak dan kesejahteraan anak, seperti yang di kemukakan oleh salah satu organisasi kesehatan dunia, yaitu WHO, mengartikan ilmu gizi sebagai proses yang terjadi pada organisme hidup untuk mengolah dan mengambil zat padat dan zat cair dari makanan yang di perlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, serta sebagai fungsi organ tubuh dan menghasilkan energy keadaan  lelah dan  lebih otomatis  tidak  sanggup  memperhatikan penuh dalam pertumbuhan anak balita tersebut. ( Data Puskesmas Desa Girsang).
Menurut koenjraningrat ( 1989:30 ) dalam suatu masyarakat baru tentu harus lebih  dahulu  memulai  dari  keterangan  seorang  informan  pangkal  yang  dapat memberikan  berbagai  keterangan  lebih  lanjut  yang  di  perlukan  oleh  peneliti. Informan-informan serupa itu sebaiknya orang uang mempunyai pengetahuan luas mengenai berbagai sektor masyarakat dan yang mempunyai kemampuan untuk mengintroduksikan peneliti kepada informan yang lain yang merupakan ahli tentang masyarakat yang akan di teliti.
Informan pangkal dalam penelitian ini adalah kepala desa. Peneliti memilih kepala desa sebagai informan pangkal karena si peneliti beranggapan bahwa kepala desa lebih tahu siapa-siapa saja atau keluarga siapa yang anaknya mengalami kekurangan gizi dan peneliti juga beranggapan bahwa kepala desa memiliki kartu keluarga dari setiap keluarga yang ada di desa girsang tersebut.  Informan kunci dalam penelitian ini adalah Orang yang dianggap lebih mengerti dan memahami situasi-situasi tentang pengetahuan akan gizi dan sudah lama berada di desa Girsang. Informan tersebut terdiri dari Kepala puskesmas dan Dr, sera Bidanbidan pembantu yang ada di desa girsang.  Informan biasa dalam penelitian ini adalah Orang-orang yang ada di desa  girsang atau masyarakat girsang, yang mengetahui dan belum mengetahui apa itu  giz

Minggu, 25 Desember 2011

Bronkiektasis

Oleh : dr. Aru Sudoyo et. al (September 2009)

PENGERTIAN
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi (ektasis) dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten atau irrevesibel. Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen elastis, otot polos brokus, tulang rawan dan pembuluh-pembuluh darah. Brokus yang terkena umumnya adalah bronkus ukuran sedang (medium size), sedangkan bronkus besar umumnya jarang.

KLASIFIKASI
Tingkatan penyakit bervariasi dari ringan sampai berat. Sudoyo (2009) membagi tingkatan beratnya bronkiektasis menjadi 3 derajat, yaitu:
1.      Bronkiektasis ringan
Ciri klinis: batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah demam (ada infeksi sekunder), produksi sputum terjadi dengan perubahan posisi tubuh, biasanya terdapat hemoptisis sangat ringan, pasien tampak sehat, fungsi paru normal dan foto dada normal.
2.      Bronkiektasis sedang
Ciri klinis: batuk-batuk produktif terjadi setiap saat, sputum timbul setiap saat (umumnya hijau dan jarang mukoid, serta bau mulut busuk), sering ada hemoptisis. Pada pemeriksaan fisik paru sering ditemukan ronki basah kasar pada daerah paru yang terkena, gambaran foto dada boleh dikatakan masih normal.
3.      Bronkiektasis berat
Ciri klinis: batuk-batuk produktif dengan sputum banyak berwarna kotor dan berbau. Sering ditemukan adanya pneumonia dengan hemoptisis dan nyeri pleura. Sering ditemukan jari tabuh. Bila ada obstruksi saluran napas akan dapat ditemukan adanya dispnea, sianosis atau tanda kegagalan paru. Umumnya pasien mempunyai keadaan umum kurang baik. Sering ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata dan sebagainya. Pasien mudah timbul pneumonia, septikemia, abses metastasis, kadang-kadang terjadi amiloidosis. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ronki basah kasar pada daerah terkena.
Klasifikasi bronkiektasis menurut Sudoyo (2009) dibagi menjadi :

1.      Bronkiektasis silindris
Merupakan bronkiektasis yang paling ringan. Bentuk ini sering dijumpai pada bronkiektasis yang menyertai bronkitis kronik. Bronkus tampak seperti bentukan pipa berdilatasi, jalan napas yang lebih kecil dipenuhi mukus.
2.      Bronkiektasis varikosa
Merupakan bentuk intermediet, istilah ini digunakan karena perubahan bentuk bronkus yang menyerupai varises vena.
3.      Bronkiektasis sakuler atau kistik
Merupakan bentuk bronkiektasis yang klasik, ditandai dengan adanya dilatasi dan penyempitan bronkus yang bersifat ireguler. Bentuk ini kadang-kadang berbentuk kista


KOMPLIKASI
Menurut Sudoyo (2009) ada beberapa komplikasi yang dapat dijumpai pada pasien bronkiektasis antara lain:
1.      Pneumonia dengan atau tanpa atelektasis. Bronkiektasis sering mengalami infeksi berulang, biasanya sekunder terhadap infeksi saluran napas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada pasien dengan drainase sputum kurang baik.
2.      Pleuritis, komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya merupakan pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
3.      Hemoptisis, terjadi karena pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteri pulmonalis), cabang arteri (arteri bronkial) atau anastomosis pembuluh darah. Hemoptisis hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan bedah gawat darurat.
4.      Korpulmonale, sering terjadi pada pasien dengan bronkiektasis yang berat dan lanjut.
5.      Kegagalan pernapasan, merupakan komplikasi paling akhir yang timbul pada bronkiektasis lanjut dan luas.

PENATALAKSANAAN
Menurut Sudoyo (2009) penatalaksanaan pada bronkiektasis dapat dilakukan dengan:
A.    Konservatif
1.      Pengelolaan umum
Pengelolaan ini ditujukan terhadap semua pasien bronkiektasis, meliputi:
a.      Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien
Contohnya membuat ruangan hangat, udara ruangan kering, mencegah atau menghentikan merokok, mencegah atau menghindari debu, asap dan sebagainya.
b.      Memperbaiki drainase sekret bronkus
Melakukan drainase portural tindakan ini merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi gejala, tetapi harus terjadi secara terus-menerus. Pasien diletakkan dengan posisi tubuh sedemikaian rupa sehingga dapat dicapai drainase sputum secara maksimal. Tiap kali melakukan drainase postural dikerjakan selama 10-20 menit samapi sputum tidak keluar lagi dan tiap hari dikerjakan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum dengan bantuan gravitasi. Untuk keperluan tersebut, posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak bronkiektasisnya. Tujuannya adalah untuk menggerakkan sputum dengan pertolongan gaya gravitasi agar menuju ke hilus paru bahkan mengalir sampai tenggorokan sehingga mudah dibatukkan keluar. Apabila dengan mengatur posisi tubuh pasien seperti tersebut diatas belum diperoleh drainase sputum secara maksimal dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan dengan jari pada punggung pasien (tabotage).
2.      Pengelolaan khusus
a.      Kemoterapi
Kemoterapi pada bronkiektasis dapat digunakan:1). Secara kontinyu untuk mengontrol infeksi bronkus (ISPA),  2). Untuk pengobatan eksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru, atau 3). Keduanya. Kemoterapi disini mengunakan obat antibiotik tertentu. Pemilihan antibiotik mana yang harus dipakai sebaiknya berdasarkan hasil uji sensitivitas kuman terhadap antibiotik. Antibiotik hanya diberikan kalau diperlukan saja, yaitu apabila terdapat eksaserbasi infeksi akut. Antibiotik diberikan selama 7-10 hari, terapi tunggal atau kombinasi beberapa antibiotik, samapai kuman penyebab infeksi terbasmi atau sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid (putih jernih). Selanjutnya ada dosis pemeliharaan. Ada yang berpendapat bahwa kemoterapi dengan antibiotik ini apabila berhasil akan dapat mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat ada eksaserbasi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara.

b.      Drainase sekret dengan bronkoskop
Cara ini penting dikerjakan terutama pada permulaan perawatan pasien. Keperluannya antara lain adalah untuk :
1)      Menentukan darimana asal sekret,
2)      Mengidentifikasi lokali stenosis atau obstruksi bronkus, dan
3)      Menghilangkan obstruksi bronkus dengan sustion drainage daerah obstruksi tadi (misalnya pada pengobatan atelektasis paru).

3.      Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini hanya diberikan jika timbul gejala yang mungkin menganggu atau membahayakan pasien.
a.      Pengobatan obstruksi bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru (% VEP1 < 70%) dapat diberikan obat bronkodilator. Sebaiknya sewaktu dilakukan uji faal paru dan diketahui adanya tanda obstruksi saluran napas sekaligus dilakukan tes terhadap obat bronkodilator. Apabila hasil tes bronkodilator positif, pasien perlu diberikan obat bronkodilator tersebut.
b.      Pengobatan hipoksia
Pada pasien yang mengalami hipoksia (terutama pada waktu terjadinya eksaserbasi akut) perlu diberikan oksigen. Apabila pada pasien telah terdapat komplikasi bronkitis kronik, pemberian oksigen harus hati-hati, harus dengan aliran rendah (cukup 1 liter/menit).
c.       Pengobatan hemoptisis
Apabila perdarahan cukup banyak (masif), mungkin merupakan perdarahan arterial yang memerlukan tidakan operatif segera untuk menghentikan perdarahannya, dan sementara harus diberikan transfusi darah untuk menggantikan darah yang hilang.
Hemoptisis yang mengancam kehidupan (lebih dari 600 ml darah per hari) dapat terjadi pada pasien dengan bronkiektasis. Setelah jalan napas telah dilindungi dengan pasien berbaring di sisi tempat perdarahan yang dicurigai atau dengan intubasi endotrakeal, bronkoskopi atau CT dari thoraks diyakinkan membantu menentukan lobus atau sisi yang mengalami perdarahan. Jika intervensi radiologi tersedia, aortography dan kanulasi dari arteri bronkial untuk memgambarkan lokasi ekstravasasi darah atau neovaskularisasi sehingga embolisasi yang dapat ditunjukan. Pembedahan mungkin masih diperlukan untuk direseksi daerah yang dicurigai mengalami perdarahan.
d.      Pengobatan demam
Pada pasein dengan eksaserbasi akut sering terdapat demam, terlebih jika terjadi septikemia. Pada keadaan ini selain perlu diberikan antibiotik yang sesuai, dosis cukup, perlu ditambahkan abat antipiretik lainnya.

B.     Pembedahan
Peran pembedahan untuk bronkiektasis telah menurun tetapi tidak menghilang. Tujuan dari operasi pengangkatan tumor termasuk menghilangkan tumor obstruktif atau residu dari benda asing, pengangkatan segmen atau lobus yang paling rusak dan diduga berkontribusi terhadap eksaserbasi akut, sekret yang sangat kental, impaksi lendir. Pengambilan daerah yang memiliki perdarahan abnormal yang tidak terkontrol, dan pengambilan dari paru rusak yang dicurigai menyembunyikan organisme seperti M. MDR-TB atau avium M. complex. Tiga pusat bedah telah menggambarkan pengalaman mereka dengan operasi tersebut selama dekade terakhir, dengan rata-rata tindak lanjut empat sampai enam tahun. Mereka telah mencatat perbaikan dalam gejala di lebih dari 90 % pasien, dengan mortalitas perioperatif kurang dari 3 %.
Reseksi komplit dilaporkan pada 118 dari 143 pasien bronkiektasis (rata-rata usia 23,4 tahun) dengan angka morbiditas 23% dan angka mortilitas 1,3%. Bronkiektasis stadium berhasil diterapi dengan transplantasi paru. Beime et al melaporkan 86% pasien yang menerima satu atau dua transplantasi paru memiliki angka kelangsungan hidup 1 tahun.
Indikasi pembedahan berupa pasien bronkiektasis yang terbatas dan resektabel yang tidak berespon terhadap tindakan konservatif yang adekuat, dan pasien bronkiektasis yang terbatas tetapi sering mengalami infeksi berulang atau hemoptisis masif. Kontraindikasi pembedahan berupa pasien bronkiektasis dengan PPOK dan pasien bronkiektasis berat.

Selasa, 04 Oktober 2011

KUNYIT

Oleh : dr. Surahman, Oktober  2009
Era modern terkadang membuat gaya hidup kita serba modern, termasuk juga dalam pengobatan dan dalam menjaga kesehatan kita semua dilakukan dengan cara yang serba modern. Padahal jika kita mau hidup lebih sehat gaya hidup yang serba alami lebih menjanjikan ketimbang kita melakukannya dengan cara-cara modern. Apa lagi kita hidup di negara yang beriklim tropis, yang sangat mendukung untuk menjaga kesehatan secara alami. Salah satu cara mengobati dan menjaga kesehatan kita ialah dengan memanfaatkan kunyit.
Kunyit merupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak memiliki manfaat, diantaranya sebagai bumbu masak (terutama kare), pewarna makanan, minuman, tekstil, dan komestik. Tanaman ini telah dikenal sejak lama di Indonesia dan penggunaannya cukup banyak dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat pola hidup dewasa ini yang cenderung modern dengan gejala serba instan, menjadikan penyakit yang berkembang di masyarakat juga beragam. 
Hasil penelitian Dr. Tze-Pin Ng dari Universitas Nasional Singapura (NUS) pada tahun 2010, yang dilakukan terhadap 1.010 orang lanjut usia yang berusia 60-93 tahun, menunjukkan bahwa orang lanjut usia yang rutin mengonsumsi bumbu kare memiliki daya ingat lebih tinggi dibanding yang jarang atau tidak sama sekali mengonsumsi bumbu kare. Dan rahasianya adalah terletak pada zat pewarna kuning (curcumin) yang terdapat pada rimpang kunyit yang digunakan dalam membuat bumbu kare tersebut. 

PENGERTIAN PEMAHAMAN

oleh : Sofyan Ali, 20 November 2010

Selasa, 27 September 2011

FAKTA TENTANG PENDIDIKAN SEKS

Prof. Dr. Wahidin, Oktober 2009
BEBERAPA FAKTA YANG MENGKHAWATIRKAN !
Dewasa ini, kehidupan seks bebas telah merebak ke kalangan kehidupan remaja dan anak. Hal ini dapat kita simak melalui penuturan yang disampaikan oleh Mestika (2002) yang merangkum hasil penelitian para pengamat masalah sosial remaja di beberapa kota besar. Hasil penelitian tersebut antara lain: Sarwono (2003) meneliti 117 remaja di Jakarta dan menemukan bahwa 4,1% pernah melakukan hubungan seks. Beberapa tahun kemudian, Eko (2004) meneliti 461 remaja, dan dari penelitian ini diperoleh data bahwa 8,2% di antaranya pernah melakukan hubungan seks dan 10% di antaranya menganggap bahwa hubungan seks pranikah adalah wajar.
Di Semarang, Satoto (2008) mengadakan penelitian terhadap 1086 responden pelajar SMP-SMU dan menemukan data bahwa 4,1% remaja putra dan 5,1% remaja putri pernah melakukan hubungan seks. Pada tahun yang sama Tjitarra mensurvei 205 remaja yang hamil tanpa dikehendaki. Survei yang dilakukan Tjitarra juga memaparkan bahwa mayoritas dari mereka berpendidikan SMA ke atas, 23% di antaranya berusia 15 – 20 tahun, dan 77% berusia 20 – 25 tahun.
Selain kehidupan seks bebas, kejahatan seks terhadap anak-anak saat ini ternyata tidak saja dilakukan oleh orang-orang yang tidak dikenal oleh korbannya. Dalam beberapa kasus yang terjadi, kejahatan seks justru dilakukan oleh orang-orang yang dekat dengan kehidupan anak.
Data yang ada mengenai kejahatan seks, selama tahun 2005 terjadi 12 kasus kejahatan seks yang dilakukan oleh orang tua kandung maupun tiri, 7 kasus dilakukan oleh saudaranya, 4 kasus oleh guru dan oleh teman atau kenalan sebanyak 49 kasus. Keadaan seperti itu jelas sangat memperhatikan.
Kehidupan seks bebas dan kejahatan yang terjadi belakangan ini adalah hal-hal yang perlu diketahui oleh remaja agar mereka dapat mengantisipasi dan mengatasi masalah tersebut. Remaja masa kini perlu disadarkan akan perlunya sikap menghargai dan bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dan lingkungannya demi masa depan yang cerah.
Remaja juga perlu ditumbuhkan kesadaran akan perlunya suatu sikap menghargai dan tanggung jawab terhadap dirinya dan lingkungan melalui informasi tentang hakikat seksualitas pada diri mereka dan pada diri manusia pada umumnya secara benar. Informasi yang benar tersebut dapat diberikan melalui pendidikan seks. Pendidikan seks ini dapat diberikan oleh orang tua ataupun oleh pihak sekolah.

Pencegahan Seks Bebas Menurut Agama Islam:

1.    Memisahkan tempat tidur anak; Setiap orang tua berusahauntuk mulai memisahkan tempat tidur anak-anaknya ketikamereka memasuki minimal usia tujuh tahun
2.   Meminta izin ketika memasuki kamar orang tua; Sejak dini anak-anak sudah diajarkan untuk selalu meminta izin ketika akan masuk ke kamar orang tuanya pada saat-saat tertentu.
3.  Mengajarkan adab memandang lawan jenis; Berilah pengertian mengenai adab dalam memandang lawan jenis sehingga anak dapat mengetahui hal-hal yang baik dan buruk.
4.    Larangan menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan seksual merupakan hubungan yang sangat khusus di antara suami-istri. Karena itu, kerahasiaanya pantas dijaga. Mereka tidak boleh menceritakan kekurangan pasangannya kepada orang lain, apalagi terhadap anggota keluarga terutama anak-anaknya
Sementara, perilaku-perilaku tersebut notabene adalah perilaku perilaku yang sangat tidak dianjurkan oleh ajaran agamaatau bertentangan dengan ajaran agama. Persoalannya kemudianadalah bahwa meskipun jumlah mereka diperkirakan hanya lebihkurang 200.000 orang atau kurang dari 1/1000 dari jumlah penduduk Indonesia tetapi hal tersebut menjadi naïf, karena terjadi di Negara yang menggunakan dasar falsafah Ketuhanan Yang Maha Esa, atau Negara yang menjadikan agama sebagai pedoman hidup masyarakatnya. Maka, dapat dipastikan bahwa agama melarang perilaku-perilaku tersebut. Dalam Islam jelas sekali melarang prostitusi atau seks bebas yang dikategorikan dalam zina, seperti tersebut dalam Al Quran, surat Al Isra ayat 32 yang artinya:“Janganlah kau dekati perbuatan zina, sesungguhnya zina ituadalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.
Kemudian, di ayat lain bahkan memerintahkan untukmenghukum penzina-penzina tersebut. Al Quran juga sosialisasi bagaimana kaum Nabi Luth dihancurkan oleh Allah karena tidak mau beriman dan senang melakukan hubungan seks dengan sesama lelaki (homoseksual). Dalam ayat  Asy Syu’ara 166 yang artinya: ”Dan mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, kamu adalah orang-orang yang melampaui batas”. Demikian pula dengan narkoba. Narkoba dapat digolongkan dengan Khmar atau benda-benda yang memabukkan. Dalam surat  Al Maidah ayat 90 dinyatakan: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaitan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan
Pendidikan seks adalah perlakuan sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan proses perkelaminan menurut agama dan yang sudah diterapkan oleh masyarakat. Intinya pendidikan seks tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama.
Pendidikan seks menurut Islam adalah upaya pengajaran dan penerapan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan pada anak, dalam usaha menjaga anak dari kebiasaan yang tidak islami serta menutup segala kemungkinan kearah hubungan seksual terlarang (zina)




PENDIDIKAN SEKS = VULGAR = TABU ???
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi (kespro) atau istilah kerennya sex education sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Materi pendidikan seks bagi para remaja ini terutama ditekankan tentang upaya untuk mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi yang komprehensif termasuk bagi para remaja.
Meninjau berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya masih timbul pro-kontra di masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah hal yang tabu dan pendidikan seks akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih memandang pendidikan seks seolah sebagai suatu hal yang vulgar.
Berdasarkan sudut pandang psikologis, pendidikan seksual sangat diperlukan bagi perkembangan remaja, dengan harapan agar remaja tidak memiliki kesalahan persepsi terhadap seksualitas dan tidak terjebak pada perilaku-perilaku yang kurang bertanggungjawab baik dari segi kesehatan maupun psikologis.
Pendidikan seks yang dilakukan sejak dini dapat menekan laju angka penderita penyakit kelamin, AIDS dan aborsi yang dilakukan kalangan remaja. Bahkan juga bisa mencegah terjadinya perilaku penyimpangan seks. Materi pendidikan seks tidak perlu ditutup-tutupi, karena akan menjadikan siswa bertambah penasaran dan ingin mencobanya. Namun, perlu juga disertai penjelasan akibat seks itu sendiri.
PENTING KAH PENDIDIKAN SEKS ??
Ada dua faktor mengapa sex education sangat penting bagi remaja. Faktor pertama adalah di mana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex education, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adalah hal yang tabu. Sehingga dari ketidakpahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggungjawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.
Faktor kedua, dari ketidakpahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial masyarakat, banyak yang menawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain DVD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakpahaman remaja tentang sex educationini, banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV/AIDS dan sebagainya.
Dengan belajar tentang sex education, diharapkan remaja dapat menjaga organ-organ reproduksi pada tubuh mereka dan orang lain tidak boleh menyentuh organ reproduksinya khususnya bagi remaja putri.
BAGAIMANA CARA PENYAMPAIAN PENDIDIKAN SEKS YANG TEPAT ?
Belajar tentang seks berbeda dengan kita belajar tentang keterampilan yang lain. Misalnya kita belajar renang agar mengetahui tentang teknik berenang yang baik, namun belajar tentang seks bukanlah belajar bagaimana aktivitas seks yang baik, melainkan apa yang akan timbul atau dampak dari aktivitas seks tersebut.
Pembekalan tentang seks ini penting dan perlu sekali. Pengenalan atau pendidikan tentang seks, bisa dimulai dengan berdiskusi langsung tentang kesehatan reproduksi. Dengan cara yang lebih akrab atau curhat, mungkin siswa pun tidak perlu malu-malu lagi. Bisa juga dengan seringnya membuat sebuah seminar tentang seks dengan mengundang pakar yang bisa menjelaskan lebih detil lagi. Misalnya dokter atau psikolog, yang cakap dan paham dalam urusan gaya hidup remaja dan kesehatan reproduksi.
Ada beberapa sekolah yang sudah memberikan pelajaran tentang sex education yang disisipkan ke dalam pelajaran Biologi, Agama dan Bimbingan Konseling. Namun hanya mendapat bekal dari sekolah tentu tidak cukup. Komunikasi dari orang tua dan anak pun juga diperlukan. Dapat dikatakan bahwa tidak banyak remaja yang berani cerita tentangfirst kiss-nya ke ibu mereka. Kalau kita tanya di mana mereka bisa tahu tentang Love, Sex, and Dating, banyak yang menjawab bahwa mereka memperolehnya dari teman.
Sepertinya tidak hanya remaja saja yang berhak mendapatkan pengetahuan tentang seks dan gaya hidup remaja saat ini. Orangtua pun mesti mendapatkan pengetahuan tentang gaya hidup remaja saat ini, hal-hal apa saja yang sedang trend di kalangan remaja, sehingga dapat terjalin komunikasi yang terbuka antara orangtua dan anak. Karena bukan tidak mungkin, mereka yang tidak dekat atau jauh dari kontrol orang tualah yang lebih sering terjerumus ke hal-hal yang negatif.
Berikut ini adalah beberapa POIN-POIN topik/materi penting yang secara umum perlu diketahui anak, yang perlu disampaikan dalam sex education : (diunduh dari Edukasi Seks Sejak Dini)
1.  MENGENALKAN PERBEDAANLAWAN JENIS
Jelaskan bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan yang memiliki perbedaan jenis kelamin. Hal ini yang menyebabkan beberapa hal menjadi berbeda, seperti cara berpakaian, gaya rambut, cara buang air kecil. Terangkan bahwa anak laki-laki jika sudah besar akan jadi ayah dan anak perempuan akan men­jadi ibu. Tugas utama ayah adalah mencari nafkah, walaupun harus tetap memperhatikan keluarga. Adapun tugas utama ibu adalah mengatur rumah tangga dan kelu­arga. Namun, tidak menutup kemungkinan seorang ibu membantu ayah dalam mencukupi kebutuhan. Dengan demikian, anak bisa memahami peran jenis kelamin dengan baik dan benar.
2.  MEMPERKENALKAN ORGAN SEKS
Caranya cukup mudah, misalnya dengan menggunakan boneka ataupun ketika mandi. Perkenalkan anak secara singkat organ tubuh yang dimiliki, seperti rambut, kepala, tangan, kaki, perut, serta jangan lupa penis dan va­gina. Terangkan juga fungsi dari anggota tubuh dan cara pemeliharaannya agar terhindar dari kuman penyakit.
3.  MENGHINDARI ANAK DARI KEMUNGKINAN PELECEHAN SEKSUAL
Tegaskan pada anak bahwa alat kelamin tidak boleh dipertontonkan secara sembarangan. Tumbuhkan rasa malu pada anak, misalnya ketiika keluar dari kamar mandi hendaknya mengenakan pakaian atau handuk penutup. Selain itu, jika ada yang menyentuhnya, segera laporkan pada orang tua atau guru di sekolah. Anak boleh teriak sekeras-kerasnya dalam hal ini untuk melindungi dirinya.
4.  INFORMASIKAN TENTANG ASAL-USUL ANAK
Untuk anak usia prasekolah, bisa diterangkan bahwa anak berasal dari perut ibu, misalnya sambil menunjuk perut ibu atau pada ibu yang sedang hamil. Sejalan dengan usia, anak boleh diterang­kan bahwa seorang anak berasal dari sel telur ibu yang dibuahi oleh sperma yang berasal dari ayah. Tekankan bahwa pembuahan boleh atau bisa dilakukan setelah wanita dan pria menikah.
5.PERSIAPAN MENGHADAPI MASA PUBERTAS
Informasikan bahwa seiring bertambahnya usia, anak akan mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan yang jelas terlihat adalah ketika memasuki masa pubertas. Anak perempuan akan mengalami menstruasi/haid, sedangkan anak laki-laki meng­alami mimpi basah. Hal ini menandai juga perubahan pada bentuk tubuh dan kualitas, misalnya bagian dada yang membesar pada wa­nita dan suara yang memberat pada seorang pria.
Penjelasan yang diberikan tentu menggunakan istilah tepat namun tetap dapat dipahami anak.
Orang tua dapat memberikan anak buku dengan topik pendidikan tentang seks. Bacalah bersama anak dan diskusikan apa yang telah dibaca. Hati-hati menonton acara televisi yang mungkin tidak sengaja berisi kasus-kasus perkosaan dan kekerasan seksual lainnya.
Oleh karena itu, orang tua harus peka untuk langsung mendiskusikannya dan menjelaskan secara baik, sebab akibat dari kasus tersebut. Yang terpenting di sini adalah meluangkan waktu, untuk menyampaikan pendidikan seks dengan santai dan cukup waktu. Perhatikan juga karakter anak dan rentang atensi yang dimiliki anak, sehingga anak tidak bosan atau jenuh. Gunakan media seperti gambar, buku, dan benda lain yang menarik minat anak dan buat semenarik mungkin.
Tujuan dari pendidikan seks juga disesuaikan dengan perkembangan usia, yaitu sebagai berikut : (diunduh dari Mengapa Pendidikan Seks Dianggap Tabu?)
1. Usia balita (1-5 tahun)
Memperkenalkan organ seks yang dimiliki seperti menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara melindunginya.
2. Usia sekolah (6-10 tahun)
Memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit.
3. Usia menjelang remaja
Menerangkan masa pubertas dan karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk tubuhnya.
4. Usia remaja
Memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan (seperti seks bebas), menanamkan moral dan prinsip ‘say no‘ untuk seks pra nikah serta membangun penerimaan terhadap diri sendiri.
5. Usia pranikah
Pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan seks yang sehat dan tepat.
6. Usia setelah menikah
Memelihara pernikahan melalui hubungan seks yang berkualitas dan berguna untuk melepaskan ketegangan dan stres.
PENDIDIKAN SEKS DI SEKOLAH
Pada dasarnya, pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orangtua sendiri. Diwujudkan melalui cara hidup orangtua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam pernikahan. Pendidikan seks ini sebaiknya diberikan dalam suasana akrab dan terbuka dari hati ke hati antara orangtua dan anak. Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orangtua yang kurang memadai (secara teoritis dan objektif) menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks kepada anak.
Melihat kenyataan tersebut, jelas keluarga membutuhkan pihak lain dalam melengkapi upaya pembelajaran alami terhadap hakikat seksualitas manusia. Pihak lain yang cukup berkompeten untuk menambah dan melengkapi pengetahuan orangtua, menjadi perantara antara orangtua dan anak dalam memberikan pendidikan seks adalah sekolah.
Tujuan pendidikan seks di sekolah seperti yang diungkapkan oleh Federasi Kehidupan Keluarga Internasional ialah : (diunduh dari Pendidikan Seks di Sekolah)
  • Memahami seksualitas sebagai bagian dari kehidupan yang esensi dan normal.
  • Mengerti perkembangan fisik dan perkembangan emosional manusia.
  • Memahami dan menerima individualitas pola perkembangan pribadi.
  • Memahami kenyataan seksualitas manusia dan reproduksi manusia.
  • Mengkomunikasikan secara efektif tentang pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan seksualitas dan perilaku sosial.
  • Mengetahui konsekuensi secara pribadi dan sosial dari sikap seksual yang tidak bertanggung jawab.
  • Mengembangkan sikap tanggung jawab dalam hubungan interpersonal dan perilaku sosial.
  • Mengenal dan mampu mengambil langkah efektif terhadap penyimpangan perilaku seksual.
  • Merencanakan kemandirian di masa depan, sebuah tempat dalam masyarakat, pernikahan dan kehidupan keluarga.
Materi pendidikan seks yang diberikan di sekolah sesuai dengan jenjang pendidikanadalah sebagai berikut :
Sekolah Dasar (SD) –> Terutama Kelas 5-6 SD (memasuki usia remaja)
  • Keterbukaan pada orang tua.
  • Pengarahan akan persepsi mereka tentang seks bahwa hal tersebut mengacu pada ‘jenis kelamin’ dan bukan lagi tentang hal-hal di luar itu (hubungan laki-laki dan perempuan; proses membuat anak; dsb.).
  • Perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
  • Pengenalan bagian tubuh, organ, dan fungsinya.
  • Memakai bahasa yang baik dan benar tentang seks à menggunakan bahasa ilmiah, seperti ‘Penis’, ‘Vagina’.
  • Pengenalan sistem organ seks secara sederhana.
  • Anatomi sistem reproduksi secara sederhana.
  • Cara merawat kesehatan dan kebersihan organ tubuh, termasuk organ seks/organ reproduksi.
  • Mengajarkan anak untuk menghargai dan melindungi tubuhnya sendiri.
  • Proses kehamilan dan persalinan sederhana.
  • Mempersiapkan anak untuk memasuki masa pubertas.
  • Perkembangan fisik dan psikologis yang terjadi pada remaja.
  • Ciri seksualitas primer dan sekunder.
  • Proses terjadinya mimpi basah.
  • Proses terjadinya ovulasi dan menstruasi secara sederhana.
  • Memberikan pemahaman bagi para siswa mengenai pendidikan seksual agar siswa dapat memiliki sikap positif dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya secara umum.
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
  • Menjelaskan sistem organ seks dengan cukup detail.
  • Proses kehamilan dan persalinan agak detail.
  • Sedikit materi tambahan tentang kondisi patologis pada sistem organ seks.
  • Memperluas apa yang telah dibicarakan di SD kelas 5 dan 6, yakni identitas remaja, pergaulan, dari mana kau berasal, proses melahirkan, dan tanggung jawab moral dalam pergaulan.
  • Lebih mengarah ke penyuluhan ‘Safe Sex’. Bukan hanya untuk menhindari kehamilan, tapi juga menhindari penyakit-penyakit seksual.
Sekolah Menengah Atas (SMA)
  • Menjelaskan secara detail dan lengkap materi tersebut di atas, ditambah bahaya penyakit menular seksual (PMS), terutama HIV/AIDS.
  • Mendalami lagi apa yang telah diberikan di SD dan SLTP yakni secara psikologis pria dan wanita, paham keluarga secara sosiologi, masalah pacaran dan tunangan, komunikasi, pilihan cara hidup menikah atau membujang, pergaulan pria dan wanita, tubuh manusia yang berharga, penilaian etis yang bertanggung jawab sekitar masalah-masalah seksual dan perkawinan.

HARAPAN
Amat disayangkan bahwa banyak orangtua yang belum memahami manfaat dan tujuan dari pendidikan seks. Ada yang menganggap bahwa pendidikan seks tidak diperlukan, sebab akan memancing anak ke arah negatif.
Terkadang orangtua juga sulit untuk terbuka dan memulai dialog mengenai materi seks pada anak, sehingga akhirnya pendidikan seks dianggap tabu. Jelas hal ini tidak benar. Sesungguhnya dialog seks perlu dibangun, terutama dalam keluarga.
Mudah-mudahan, setelah membaca tulisan ini, para pembaca dapat memiliki perspektif yang baru mengenai pendidikan seks (sex education), semakin meningkat kesadarannya mengenai pentingnya pendidikan seks sejak usia dini, serta memiliki pemahaman yang benar mengenai cara penyampaian sex education yang tepat.